Maulid, Momentum Menjadi Hamba Non-Amatiran

   
Maulid, Momentum Menjadi Hamba Non-Amatiran

Maulid, Momentum Menjadi Hamba Non-Amatiran

 

Oleh: Dr. Muhammad Tang, M. S.I
(Direktur Pascasarjana STAI Al-Furqan Makassar)
~~~
Sebagai umat Muslim di Indonesia, dari sekian semester berlalu, entah-gerangan sampai kapan perdebatan atau dalam taraf yang paling dingin, persinggungan tentang perayaan maulid dan mauludan terus berlanjut. Apa tidak bosan?.

Dari kian angkatan generasi muslim, baik yang baru mematangkan dirinya ber-"Islam" sampai yang telah mafhum mendaras dalil.

Fanatisme dari dua sisi--dua bilah--dua ruang, berbeda (mungkin) akan terus "berlomba" dan "bergejolak" dalam konsep-konsep serta argumentasi sejauh pemahaman perayaan Maulid mereka yang mengitarinya.

Sebagai akademisi, dalam catatan ini. Tentunya kaca mata dan tatap saya memandangnya, berduduk dalam alasan-alasan ilmiah.

Bahasa walada-yalidu yang menjadi akar pemaknaan 'kelahiran' baginda Nabi Muhammad SAW, berharmoni dengan syiar dan syair sholawat (barazanji, burdah), berdekapan dalam arif serta nilai budi lokal. Terwujudlah "Mammaudu' ".

Tepat pada halaman 292 dalam kitab (Hawi Lil Fatawi), telah terang dijelaskan. Penguasa Kota Irbil yaitu Mudzoffar Abu Said Kaukabari bin Zainuddin, salah seorang raja dermawan dan terpuji di masanya, menjadi orang pertama yang merayakan (dalam pengertian meriah) peringatan maulid nabi Muhammad SAW. Ibnu Katsir pun meyakinkan bahwa Mudzoffar Abu Said "Melaksanakan maulid pada Rabiul Awal dan memperingatinya dengan meriah. Ia sosok yang santun, pemberani, cerdik, dan adil. Semoga Allah merahmati beliau."

Dari segi pandangan ulama yang menjelaskan maulid dapat dilihat, pada Imam Jalaluddin As-Suyuthi ( halaman 251-252). "Hukum asal maulid Nabi yang mana di dalamnya terdapat orang yang membaca ayat suci al-Qur’an dan hadits Nabi tentang pengarai Rasulullah, begitu juga ayat yang ada hubungan dengan kisah kenabiannya. Dilanjutkan dengan acara ramah tamah, lalu bubar tidak lebih dari itu. Maka, itu adalah bid'ah hasanah dan pelakunya mendapat pahala.”

Semakin diperjelas dan diperterang oleh Ibnu Taimiah (Sirah Halabiah Juz I, halaman 84-85) dan Sayyid Zaini Dahlan (Addurarus Saniyah, halaman 190).

"Memuliakan hari kelahiran dan menjadikannya sebagai ritual musiman telah dikerjakan oleh sebagian orang. dan menjadikannya mendapat pahala yang sangat agung karena bagusnya tujuan dan memuliakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salllam."

"Merasa senang pada hari kelahiran Nabi termasuk sebagian cara penghormatan kepada beliau."

Ulama yang konsen dengan tema maulid pun bergelimpahan mengarang kitabnya;

1. Husnul Maqshad fi Amalil Maulid (imam jalaluddin As-Suyuthi)
2. Khulashatul Kalam fi Ihtifal bi Maulidi Khairil Anam (Syekh Abdulloh bin Syekh Abubakar bin Salim)
3. Ihtifal bil Maulid (DR. Said Ramadhon Buthi)
4. Haulal Ihtifal bil Maulid Nabawi (Prof DR muhammad bin alwi almaliki)
5. Ihtifal bil Maulid Bainal Muayyidin wal Muaridlin (Abil Hasanain Abdulloh al-Husaini al-Makky)

Sementara ulama ahli Hadits yang merangkum sejarah Nabi dalam bentuk maulid sangat banyak, di antaranya:

1. Al-Hafidz Abil Fida' ibn Katsir (774 H; maulidnya ditahqiq DR. Sholahuddim Munjid)
2. Al-Hafidz Abil Fadhl Abdurrahim Al-Kurdi (806 H)
3. Al-Hafidz Abul Khair Muhammad As-Sakhowi (902 H)
4. Al-Hafidz abdurrohman ali assyibani (994 H; maulidnya yang ditahqiq Sayyid Muhammad al-Maliki)
5. Al-Hafidz Mula Ali Al Qori (104H; Mauridurrawi fi Maulid Nabawi)
6. Al-Hafidz Muhammad bin Abu Bakar al-Qisi (842 H; Jamiul Atsar fi Maulidil Mukhtar)
7. Al-Hafidz Al-Iraqi (808 H; Mauridul Hani fi Maulid Assunni).

Saya rasa sangat cukup refrentif, untuk merinai serta merekahkan pemahaman awal kita tentang maulid. Namun mungkin kiranya tampak belum argumentatif jika keilmiahannya tak disandarkan pada hukumnya.

Namun sebelumnya perlulah kita meninjau impretasi maulid itu sendiri, sebelum menilai hukumnya karena hukum berlaku untuk perbuatan (Baca: Af’alul mukallafin). Yang umum kita ketahui didalamnya terdapat membaca ayat suci al-Quran, membaca sejarah Nabi, mahallul qiyam, i'tikaf di masjid, membaca syair di masjid, doa mendekatkan diri kepada Allah, dzikir berjamaah, taushiyah dan nasihat, menghidupkan syiar Islam, dan sedekah. Beberapa hal yang disebutkan di atas para ulama sepakat mengenai kebolehannya.

Tak cukup sekadar kebolehannya lagi, syiar Islam (puji-pujian terhadap baginda Nabi Muhammad SAW) dapat kita telisik dalam kitab Isti'ab fi Ma'rifatil Ashab tentang hadits Kharim bin Aus bin Haritsah yang mana ia berkata: "Aku berhijrah kepada Rasulullah selepas dari Perang Tabuk dan aku memutuskan untuk masuk Islam, lalu aku mendengar Abbas bin Abdul Mutholib berkata: ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya aku ingin memujimu.’ Nabi menjawab, ‘Katakanlah, tidak akan pecah gigimu’.” Lalu Abbas mengutarakan syair pujian:

من قبلها طبت في الظلال وفي ¤ مستودع حين يخصف الورق
ثم هبطت البلاد لا بشر ¤ أنت ولا مضغت ولا علق

(Dan setiap orang yang didoakan Nabi seperti kepada abbas giginya awet sampai tua).

Sejarah dan kisah pun akan semakin menampakkan dengan jelas tentang cara pandang kita tentang maulid, logika sederhananya Ketika seseorang berpuasa asyura mereka berpuasa atas keberhasilan Nabi Musa, dan ketika hari raya Idul Adha kita berkorban mengenang jasa Nabi Ismail, dan saat Rabiul Awal kita memperingati lahirnya Nabi Muhammad shallallahu  ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah bersabda:

قال شارح البخاري شهاب الدين القصطلاني
فرحم الله امرء اتخد ليالي شهر مولده المبارك اعيادا ليكون اشد علة على من في قلبه مرض
"Maka Allah mengasihani seseorang yang menjadikan hari kelahirannya sebagai hari raya (untuk mensyukuri) agar menjadi penyakit yang parah bagi orang yang di hatinya terdapat penyakit."

Apapun itu, pada dasarnya semua dan segalanya menjadi tanda syukur atas kelahiran Sang Panutan--Sang Penerang Jalan Cinta. Apapun bentuknya pula, maulid selayaknya dan pada hakikatnya yang lain menjadi momentum kita untuk menjadi hamba non-amatiran, tanpa dipetakan dan kotak-kotak golongan. Disatu-dekapkan oleh Cinta Kekasih Tersayang. Muhammad Shallallahu 'alaihi Wasallam.

_Teriring cinta dan rindu pada-Mu Nabiku.
~~~
©STAI AL-FURQAN INFO







Last update
Add Comment